7 Mei
Selepas subuh, saya bersama sepupu dan tante berkunjung ke Makam Baqi. Di tempat ini lah kakek saya dimakamkan. Tapi hanya laki-laki saja yang bisa memasuki area pemakanan ini, jadi hanya sepupu saya yang cowok yang bisa masuk ke dalam. Subhanalloh, walaupun hanya bisa berdiri di luar pagar makam, akhirnya saya bisa mengunjungi makam kakek saya, Bapak dari Ibu saya, Kakek yang belum pernah saya lihat sebelumnya, karena beliau meninggal saat saya masih berusia 7 bulan di kandungan.
Makam Baqi
Setelah sarapan pagi, kami serombongan dibawa berziarah seputar kota Madinah. Kami berkunjung ke Masjid Quba, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan ke Kebun Kurma. Masjid Quba merupakan masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah dan para sahabat. Rasul pernah bersabda “ Barangsiapa yang bersuci dari tempat tinggalnya kemudian datang ke Quba dan melaksanakan sholat di Masjid Quba, maka baginya adalah pahala Umroh”. Subhanalloh.
Masjid Quba
Jabal Uhud merupakan gunung terbesar di utara Madinah yang berdiri sendiri, tidak bersambungan dengan gunung lain sebagaimana umumnya gunung di Madinah yang sambung menyambung. Rasululloh pernah menyebut gunung ini sebagai salah satu gunung yang ada di Surga. Di gunung ini juga terjadi perang uhud.
Jabal Uhud
Masjid Qiblatain merupakan masjid dengan 2 kiblat. Sebelumnya, umat Islam berkiblat ke baitul maqdis, Masjidil Aqsa di Palestina. Suatu hari pada bulan ke 17 Rasul tinggal di Madinah, saat sholat Dhuhur, nabi dan para sahabat melalukan sholat secara berjamaah. Ketika sudah mendapatkan 2 rakaat, tiba-tiba turun perintah dari Alloh SWT agar pada saat itu juga Nabi menghadap Makkah (Ka’bah). Maka Rasul pun melakukan gerakan balik kanan (berputar 180 derajat), dan para makmum memilih jalan memutar agar tetap berada di belakang Nabi. Jadi dalam satu sholat itu, Nabi dan makmumnya menghadap ke 2 arah kiblat.
Masjid Qiblatain
Setelah Isya, saya, tante, dan sepupu yang perempuan ikut mengantri untuk bisa ke Raudhoh. Raudhoh merupakan area diantara mimbar dan makam Rosul, apabila kita berdoa di sini insyaalloh doa kita akan segera dikabulkan Alloh SWT. Kata Raudhoh sendiri berarti taman surga. Tidak mudah untuk bisa berdoa di tempat ini. Bagi kaum perempuan ada waktu-waktu tertentu untuk bisa mengunjungi Raudhah ini, yaitu setelah subuh, setelah Dhuhur, dan setelah Isya. Subhanalloh….tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan saya saat itu, air mata sudah tidak terbendung lagi saat melihat makam Rasululloh, “Assalamualaika Ya Rasululloh….”
Di bawah kubah hijau itulah letak Makam Rasulullah SAW
8 - 9 Mei
Selepas Dhuha, kami bertiga ikut mengantri lagi di Raudhoh, rasanya ketagihan untuk pergi ke sana, walaupun harus mengantri lamaaaa, tapi kami mengantri dengan senang hati. Setelah sholat Dhuhur dan makan siang di hotel, kami sudah bersiap dengan pakaian ihrom untuk menuju ke Makkah. Kami serombongan mengambil Miqot dan niat Umroh di Masjid Bir Ali. “Labaikallohumma Umrotan”, merinding rasanya.
Masjid di Bir Ali
Perjalanan Madinah – Makkah kami tempuh kurang lebih sekitar 8 jam perjalanan darat dengan menggunakan bus. Jam 10.30 malam, bus yang membawa kami mulai memasuki kota Makkah. Subhanallooohhh… bergetar hati ini. Alhamdulillah, kami serombongan mendapatkan hotel yang amat sangat dekat dengan Masjidil Haram, yaitu di Hilton Makkah. Setelah cek in, kami pun menuju masjidil Haram untuk umroh. Pertama kali masuk masjid ini, kami mengikuti sunah Rasul untuk masuk melalui Babus Salam (Pintu Salam), kalau tidak salah, pintu no 24 dan 25. Di Masjidil Haram ada sekitar 95 pintu (kalau tidak salah juga yaa). Begitu memasuki kawasan dalam masjid, dan untuk pertama kalinya melihat Ka`bah, saya langsung merasa gemetar, merinding, deg2an, campur-campur tidak karuan, tapi anehnya saya tidak bisa menangis saat itu. Jam 00.30 pagi kami mulai Tawaaf, dilanjutkan sholat mutlak di belakang Maqom Ibrahim, minum Air Zam-zam, Sai, dan diakhiri dengan tahalul. Alhamdulillah. Selesai umroh jam menunjukkan pukul 3.30 waktu masjidil Haram. Berarti sebentar lagi sudah waktunya Subuh. Akhirnya kami memutuskan untuk sekalian menunggu waktu Subuh.
10 Mei
Setelah sarapan, kami serombongan bersiap-siap untuk berziarah di sekitar kota Makkah. Yaitu ke Jabal Tsur, Jabal Rahmah (Arafah), Muzdhalifah, Mina, Jabal Nur, dan Ji`ronah. Jabal Tsur memiliki nilai penting pada perkembangan Islam, karena disana terdapat Gua yang dijadikan tempat persembunyian Rasul dan Abu Bakar saat akan hijrah ke Madinah dari kejaran kaum kafir quraisy.
Jabal Tsur
Jabal Rahmah di kawasan Arafah merupakan tempat pertemuan antara Nabi Adam dengan Siti Hawa, sementara kawasan Arofah ini merupakan areal untuk ibadah wukuf saat musim haji.
Jabal Rahmah
Arofah
Mina merupakan tempat untuk melontar Jumroh saat musim haji. Tempat ini memiliki keistimewaan, saat hari-hari biasa tempat ini terlihat sempit tetapi selalu menjadi luas secara otomatis saat musim haji, sehingga dapat menampung berjuta-juta umat Islam. Rasululloh SAW pernah berucap “Sesungguhnya Mina itu seperti rahim, bilamana terjadi kehamilan akan diluaskan oleh Alloh SWT”. Subhanalloh.
Mina
Jabal Nur merupakan gunung di sebelah utara masjidil Haram. Di puncak gunung ini terdapat Gua Hira, di gua inilah Rasul menerima wahyu dari Alloh SWT untuk pertama kalinya.
Jabal Nur
Kunjungan terakhir adalah ke Ji`ronah. Merupakan salah satu tempat Miqot, sehingga kamipun melakukan Miqot di Masjid ini untuk melaksanakan umroh yang kedua.
Masjid Ji`rona
Kami melaksanakan Tawaaf selepas sholat Dhuhur. Subhanalloh, panas yang sangat terik itu ternyata tidak sepanas yang kami bayangkan sebelumnya. Panas di dalam masjid dan diluar masjid terasa beda saat itu. Benar-benar kuasa Alloh SWT.
11 Mei
Alhamdulillah, selepas subuh, kami bisa melakukan Tawaaf sunnah, nikmat sekali rasanya. Dan akhirnya saya bisa memegang kiswah (penutup ka`bah). Saya memang penasaran sekali dengan kain penutup Ka`bah tersebut. Ternyata kainnya sangat tebal dan kaku, bersulamkan benang emas. Seperti kertas saring untuk praktikum kimia, tetapi lebih tebal.
12 Mei
Merupakan hari terakhir di kota Makkah. Sedih sekali rasanya sudah harus melakukan Tawaf Wada`, yaitu tawaf perpisahan. Kami melakukan tawaf ini sekitar jam 10 an, karena kita harus sudah cek out dari hotel setelah sholat Dhuhur. Alhamdulillah, pada Tawaaf itu saya bisa berdoa di Multazam dan sholat mutlak di Hijir Ismail. Subhanalloh. Airmata saya sudah tidak bisa terbendung, dan bahkan rasanya sampai sesak napas. Akhirnya dengan beraaaaaaaaat hati kita meninggalkan kota Makkah menuju Jeddah. Ya Alloh, ijinkanlah saya untuk kembali lagi mengunjungi rumah Mu. Amin…
Visa oh Visa
Saya baru tau, untuk bisa masuk Saudi Arabia, seorang perempuan yang berumur kurang dari 45 tahun, harus didampingi oleh Mahram / Muhrim. Nama Mahram pun harus tertulis di Visa. Saya baru mengetahui hal itu saat akan pemeriksaan imigrasi di King Abdul Aziz. Saya tidak ‘ngeh’ sebelumnya karena tulisan di Visa itu berupa huruf arab gundul tanpa harokat. Ternyata di Visa saya tertulis nama YASSIER ARAFAT MUSTAFA sebagai Mahram saya. Awalnya saya mengira itu adalah nama petugas atau petinggi instansi atau apaaaa begitu, karena namanya sudah ke-arab-araban. Tetapi saat melihat Visa sepupu saya yang perempuan, saya baru ngeh, pikir saya seharusnya Mahram saya adalah sepupu saya yang laki-laki, bukan malah Yassier Arafat Mustafa itu. Nah Luh. Saat pemeriksaan, sempat jadi masalah dengan petugas imigrasi, untung tante saya bisa menjelaskan kalau Visa saya salah, dan Alhamdulillah si petugasnya bisa menerima. Fiuhhhhh…..
Saat makan siang di Madinah, ada seorang ibu dari Bontang Kaltim, yang berkenalan dengan kami. Kami pun bercerita – cerita, akhirnya tante saya bercerita mengenai Visa saya itu. Ajaib!! Ternyata Yassier adalah anak laki-laki ibu itu….
Saat kepulangan, pemeriksaan imigrasi pun kembali dilakukan, dan ternyata Visa saya kembali bermasalah. Petugas imigrasi tidak bisa menerima keterangan dari tante saya bahwa tulisan Mahram itu salah. Petugas itu ngotot minta ditunjukkan Paspor atas nama Yassier Arafat Mustafa. Akhirnya saya pun lari-lari mencari Yassier. Alhamdulillah dia masih di pemeriksaan barang. Alhamdulillahnya lagi, sebelumnya (saat mengantri pemeriksaan imigrasi) saya sempat memperlihatkan Visa saya ke Yassier, jadi saat saya meminjam paspornya, si Yassier langsung `ngeh` dengan apa yang terjadi. Alhamdulillah, akhirnya stempel dari petugas pun mendarat di buku paspor saya.. fiuuuuh…
Tambahan cerita yaaa,
Setelah mpok Mphie Yasin membaca tulisan saya, si mpok langsung menjelaskan ke saya mengenai masalah Visa tadi, ternyata ada ilmu baru yang saya dapatkan. Begini,
Jadi, untuk yang berangkat ke Arab tanpa Mahram, bisa 'menitipkan diri' pada orang lain, tapi harus memakai surat yang dilegalkan di Departemen Agama. Dan mungkin inilah yang terjadi dengan saya.
Ternyata untuk satu orang laki-laki hanya bisa meMahrami satu orang perempuan, kecuali Bapak kepada anak perempuannya (misalnya anaknya 10 perempuan semua, cukup dengan satu mahram, yaitu Bapaknya). Nah, karena sepupu saya yang laki-laki sudah meMahrami sepupu saya yang perempuan, maka saya pun dicarikan Mahram, yang tiada lain tiada bukan adalah si Yassier Arafat Mustafa ini, karena kita satu rombongan.
Menurut pengamatan mpok Mphie, pihak travel yang kemungkinan besar lupa menyampaikan hal itu ke saya dan Yassier. Jadi seharusnya saat masih di Indonesia, pihak travel menjelaskan bahwa saya telah`dititipkan` ke Yassier, sehingga saat pemeriksaan imigrasi baik waktu masuk maupun keluar Arab, saya harus `ngintilin` si Yassier ini...Benar-benar jadi pengalaman yang sangat berharga..
Semoga cerita saya ini bisa memberikan informasi bagi teman-teman yang ingin umroh tapi belum ada muhrim. Saat Visa sudah jadi, harus betul-betul harus di cek nama Mahram yang ada di Visa, siapa tau juga dititipkan ke orang lain seperti saya, agar tidak ada masalah di imigrasi.. :)
Semoga di umroh selanjutnya (atau bahkan Haji, amiiiiiin Ya Alloh), di Visa saya sudah tertulis nama Mahram yang sesungguhnya, bukan Mahram titipan.. Amin.. hihihihi... :)