Labels

Sunday, December 19, 2010

‘Amalia, kamu sungguh penggemar `gila`, love FIRA BASUKI, 19/12/2010`

Sesaat saya tersenyum begitu membaca tulisan itu di halaman pertama novel Alamak karya Fira Basuki milik saya. Suatu coretan kata-kata yang membuat saya tidak bisa berhenti tersenyum. Bahkan di account twitter @FiraBasuki, beliau menuliskan kembali kata-kata itu saat meng-upload foto saya dengan setumpuk novel karya beliau di tangan saya, `Ada penggemar 'gila' pagi2 dah nongkrong di JJ FM bawa tumpukan bukuku. Makasiy yaa @liapippo ♥`. Hahahahaa.... Memang `gila` saya susah ilangnya, dan terlalu melekat di karakter saya..

Ada lagi beberapa kata-kata indahnya yang dituliskan di buku-buku koleksi saya, diantaranya `Amalia, open your windows`, tertulis di buku Jendela-jendela, `Amalia, terimakasih sudah di depan pintu`, ada di buku Pintu, `Amalia, nangkring di atap`, ada di buku Atap, `Amalia, jangan hujan-hujanan yaaa`, ada di buku Perempuan Hujan, `Amalia, eat the Brownies`, di buku Brownies, dan lain-lain.Kehadiran Fira Basuki di Surabaya ini memang sangat saya nantikan dari lama, saya memang menginginkan sekali bisa bertemu langsung dengan beliau sejak pertama kali membaca bukunya. Mba Fira Basuki ke Surabaya dalam rangka menjadi pembicara dalam Workshop Penulis Muda di kampus Unair, selain itu juga sekaligus promo novel terbarunya Kapitan Pedang Panjang di beberapa radio

mba Fira Basuki saat memberikan materi di kampus Unair, Santai dan Cantik

Saya sudah menyukai karya beliau sejak 2001, saat itu saya dikenalkan oleh teman, dengan meminjamkan buku Jendela-jendelanya kepada saya, rasanya seperti magnet, ringan tetapi mengalir, saya memutuskan untuk membeli sendiri novel itu. Setelah itu karya-karya terbarunya selalu menjadi buruan tiap kali main-main ke toko buku. Banyak kejutan di setiap novelnya, dan terkadang saya sampai bertanya-tanya tiap kali membaca tulisan beliau yang kadang tidak masuk akal, `Apakah hal itu memang benar-benar ada?`. Mba Fira begitu cerdasnya menghidupkan semua karakter di novelnya. Bahkan di novel Brownies, mba Fira menggunakan benda mati sebagai sudut pandangnya. Hebat!!

Dari sekian banyak karya-karyanya, yang menjadi favorit saya adalah `Brownies`. Brownies menjadi sangat istimewa bagi saya karena saat diluncurkannya Novel itu -sangat kebetulan- bertepatan dengan usaha saya menjadi Tukang Brownies di kampus, walau usaha itu harus berakhir karena saya harus pindah dari Bogor, tetapi sampai sekarang pun saya masih sangat terobsesi untuk kembali menjadi Tukang Brownies.

Ada satu novel mba Fira Basuki yang menurutnya sangat langka karena hanya dicetak beberapa, judulnya `Cinta dalam Sepotong Roti`, dan beruntungnya saya, saya termasuk dari yang `beberapa` ini, mba Fira sampai bertanya saat saya meminta tanda tangan beliau di buku langka itu,`Kamu dapet dimana?`. Saya mendapatkannya di Gramedia Pajajaran Bogor, itu juga berkat keisengan saya yang tiap kali ke Gramed selalu iseng menuju ke komputer pencari buku dan selalu menuliskan FIRA BASUKI di kolom nama penulis.hehehe.

Akhirnya foto bareng yeeaayy!!! :D

Thursday, November 25, 2010

Ber-Haji….

Idul Adha baru saja kita lalui, dengan adanya perbedaan, dua perayaan. Perayaan hari raya yang tentu saja masing-masing memiliki dasar dan alasan yang sama-sama kuat. Tapi sudahlah, tidak usah diperdebatkan lebih jauh. Satu hal yang membuat saya merasa cukup `berbeda` pada Idul Adha tahun ini, saya menjadi semakin memperhatikan, menyimak, dan begitu menikmati setiap pemberitaan Ibadah Haji. Rangkaian ibadah haji memang dilaksanakan sekitar bulan Dzulqoidah – Dzulhijjah, dan puncaknya terjadi pada 8 – 13 Dzulhijjah. Alhamdulillah, setelah Alloh SWT memanggil saya untuk melaksanakan ibadah umroh pada bulan Mei kemarin, rasanya saya semakin tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan haji, tanah suci, makkah, madinah, arab, dll. Hati saya serasa telah tertambat di sana. Selama bulan Ramadhan pun, saya rela untuk bangun lebih awal, sekitar pukul 1.30an, hanya untuk menyaksikan siaran langsung Sholat Taraweh dari Masjidil Haram, dan itu rasanya sungguh sangat luar biasa…

Masjidil Haram

Sampai sekarang pun saya belum bisa membayangkan, bagaimana rasanya berada di padang Arafah bersama dengan hampir 3 juta jamaah lainnya, dengan berpakaian ihrom, dan semuanya memiliki tujuan dan kepentingan yang sama..? Kemudian setelah wukuf, harus mencari batu di Musdalifah dan harus menginap di sana, paginya melempar jumroh Aqobah di Mina, setelah itu, harus ke Makkah untuk Towaf Ifadoh, Sai, dan tahalul, dan kemudian harus segera kembali ke Mina sebelum Maghrib, ya sekali lagi SEBELUM Maghrib, dan menginap di Mina untuk kembali melempar Jumroh keesokan harinya. Wow!! Saya masih belum bisa membayangkan juga pergerakan para tamu Alloh ini, dari Arofah – Musdalifah – Mina – Makkah – Mina, gelombang pergerakan manusia pada saat yang bersamaan. Benar-benar dibutuhkan fisik yang sangat kuat. Saya sempat membaca artikel di Republika, tentang hal ini. Kota Makkah menjadi sangat padat pada saat puncak haji, bus-bus pun tidak bisa bergerak karena ribuan bahkan jutaan manusia telah memadati jalan raya. Harga taxi pun menjadi sangat berlipat-lipat. Bahkan di beritakan, harga taxi telah mencapai 400 Real (1 Real = Rp. 2500) hanya untuk perjalanan Makkah – Mina yang pada hari-hari biasa dapat ditempuh sekitar 15 – 20 menit. Ini sungguh luar biasa!!

Suasana Sa`i di luar bulan Ramadhan dan bulan Haji - tidak begitu padat -

Setelah melakukan serangkaian rukun dan wajib haji, maka sebelum meninggalkan kota Makkah, jamaah harus melakukan towaf wada`, yaitu towaf perpisahan, towaf yang dilakukan terakhir kalinya sebelum meninggalkan kota Makkah. Saya pun mengakuinya kalo tawaf ini merupakan towaf yang paling `Berat`, karena setelah melakukan towaf ini, kita tidak boleh lagi kembali ke Masjidil Haram, ya karena kita telah melakukan `perpisahan` tadi. Begitu beratnya meninggalkan Ka`bah ini, sampai-sampai ada beberapa orang yang saat akan meninggalkan Masjidil Haram, mereka berjalan mundur, dan memandang Ka`bah sampai berada di depan pintu terluar Masjidil Haram

Ka`bah

Semoga Alloh selalu menjaga niat, keinginan, harapan saya ini. Saya berharap padaMu Ya Alloh, segera panggil saya untuk segera bisa berhaji, untuk menyempurnakan Rukun Islam Mu. Amiiiiiiiiiiiiiiiin…

Tuesday, September 21, 2010

Sang Pencerah yang mencerahkan..

Pertama kali mendengar bahwa film ini menggambarkan sosok Ahmad Dahlan, saya langsung bersemangat untuk monontonnya. Darah ke-Muhammadiyah-an yang mengalir deras di tubuh saya memang diturunkan secara turun temurun. Sejak kecil saya sudah digembleng dengan ajaran ke Muhammadiyah an, tetapi satu hal, saya belum mengenal betul sosok Ahmad Dahlan ini. Selama ini saya malah lebih mengenal lebih detail sosok Amien Rais, mantan ketua Muhammadiyah itu daripada pendiri Muhammadiyah itu sendiri.

Sang Pencerah ini menggambarkan kehidupan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) mulai dari lahir sampai dengan beliau mendirikan Muhammadiyah. Ahmad Dahlan kecil ini merasakan bahwa ajaran Islam yang ada di lingkungannya saat itu telah banyak bercampur aduk dengan adat. Ritual/upacara adat, sesaji, sudah `kabur` dengan ibadah sesungguhnya yang berdasar Al Quran dan Hadist. Pada Usia yang masih begitu muda (15 tahun), Darwis memutuskan untuk naik haji dan sekaligus menimba ilmu agama di Arab. Lima tahun kemudian Darwis kembali, dan sejak itulah dia menggunakan nama Ahmad Dahlan.

Ahmad Dahlan berdakwah dengan cara yang berbeda, dan selalu mempelajari hal hal baru. Tetapi kyai-kyai di sana merasa tidak senang dengan cara baru Ahmad Dahlan ini, mereka `terlalu` mewarisi ilmu secara turun temurun, dan sulit menerima sesuatu yang baru dan pada akhirnya menganggap bahwa sesuatu yang baru itu merupakan ajaran yang sesat karena berbeda dengan yang telah diajarkan oleh guru mereka terdahulu. Saat Ahmad Dahlan menemukan kesalahan tentang arah kiblat, diapun dianggap kafir karena menggeser posisi sholat sebesar 23 derajat dari semula, bahkan Langgar (musholla) Kidul pun dirobohkan oleh orang yang tidak setuju dengan Ahmad Dahlan.

Perjuangan Ahmad Dahlan untuk menegakkan Islam sesuai dengan Al Quran dan Hadist ini selalu mendapat dukungan yang luar biasa dari sang istri, Siti Walidah. Tidak hanya dukungan semangat, tetapi juga materi. Setelah berhasil menjadi pengajar Agama Islam di sekolah Belanda, Ahmad Dahlan menyadari perlunya mendirikan sekolah untuk membantu masyarakat yang kurang mampu, akhirnya beliau pun mendirikan sebuah Madrasah Ibtidaiyah dengan bantuan istri dan murid-muridnya.

Akhirnya pada tahun 1912 Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, yang tidak hanya bergerak di bidang keagamaan, tetapi juga pendidikan, dan sosial.

Friday, August 20, 2010

Surabaya

Surabaya merupakan kota yang sempat menjadi kota impian saya untuk berkuliah, bahkan saat saya kuliah di Bogor pun saya masih terobsesi untuk bekerja di kota ini setelah lulus kuliah. Entahlah, semacam ada magnet alami yang terus menerus mengeluarkan daya tariknya kepada saya.
Alhamdulillah, cita-cita saya untuk bisa bekerja di Surabaya pun terkabulkan oleh Alloh, saya diberi kesempatan untuk merasakan hidup di Surabaya.
Banyak hal yang telah saya dapatkan selama saya di Surabaya. Selain pengalaman kehidupan, tentu juga adanya pengalaman pertemanan yang luar biasa. Sungguh beruntung saya bisa bertemu dengan anak-anak plurker Surabaya, yang telah menjadi keluarga kedua bagi saya. Apa jadinya tanpa mereka saat saya di Surabaya?
Banyak yang tidak bisa diungkapkan, tapi rasa syukur tetap harus dipanjatkan, tidak ada yang lebih berharga dari segala pengalaman.. betul bukan? ;)

Wednesday, May 19, 2010

Perjalanan Suci

Rasanya seperti mimpi. Benar-benar sungguh di luar dugaan. Tak disangka sebelumnya akhirnya saya bisa pergi ke tanah suci.

Awalnya, hanya tante beserta kedua anaknya yang berencana pergi umroh, hanya bertiga saja. Saat long wiken akhir bulan April, saya pulang ke rumah, dan saat main ke rumah tante saya itu, beliau mengajak saya untuk berangkat sekalian. Akhirnya, tante saya bicara dengan Bapak. Dan tanpa diduga, Bapak saya setuju. Subhanalloh, pengen nangis rasanya saat mendengar berita indah itu. Rasanya campur-campur. Kaget campur senang campur takjub campur terharu. Yang menurut saya AJAIB!!!

Pertanyaan demi pertanyaan kemudian muncul, apakah bisa dengan persiapan yang kurang dari sebulan itu? Bagaimana dengan perijinan di kantor? Bagaimana dengan surat-surat? Paspor saya belum punya. NPWP pun belum ada. Sementara pihak PT. Gema Shafa Marwa sebagai penyelanggara pemberangkatan umroh ini meminta berkas-berkas harus dilengkapi maksimal dua minggu sebelum keberangkatan. Tante dan kedua sepupu saya sudah melengkapi semua persyaratannya. Saya hanya bisa pasrah kepada Yang Di Atas.

Akhirnya saya memperoleh ijin dari instansi tempat saya bekerja. Saya mendapatkan cuti satu bulan diluar tanggungan instansi. Artinya saya tidak digaji untuk bulan Mei. Alhamdulillah. Ijin telah saya dapatkan, saya pun kemudian mengurus paspor, yang ternyata tidak bisa jadi sehari. Saya harus menunggu selama 4 hari saja. Kemudian saya harus divaksin meningitis + influenza, yang ternyata tidak semua Rumah Sakit menyediakan vaksin itu. Di Surabaya hanya ada di Rumah Sakit PHC di daerah Perak. Alhamdulillah, meskipun mepeeeet sekali waktunya, akhirnya semua persyaratan bisa terpenuhi.

5 - 6 Mei

Hari keberangkatan pun tiba. Hanya ada rasa bahagia dan haru. Berangkat dari rumah selepas sholat Subuh. Pesawat jam 9.10 pagi dari bandara Adi Sumarmo Solo menuju Cengkareng. Jam 15.30 berangkat ke Jeddah dengan Royal Brunei, transit di Bandar Seri Begawan Airport sekitar 2 jam. Jam 2.22 pagi Alhamdulillah sampai di King Abdul Aziz dengan selamat sentosa. Sekitar jam 3.30 pagi keluar dari King Abdul Aziz dan langsung menuju ke Madinah dengan menggunakan bus. Perjalanan Jeddah – Madinah memakan waktu sekitar 6 jam. Rasa haru kembali menyeruak saat bus mulai memasuki kota Madinah. ‘Subhanalloh, ini adalah kota yang dulu dibangun Rasululloh… ‘. Sekitar jam 10 pagi, akhirnya sampai juga di hotel. Kami menginap di Dallah Taibah. Alhamdulillah, dekat sekali dengan Masjid Nabawi.

Masjid Nabawi

7 Mei

Selepas subuh, saya bersama sepupu dan tante berkunjung ke Makam Baqi. Di tempat ini lah kakek saya dimakamkan. Tapi hanya laki-laki saja yang bisa memasuki area pemakanan ini, jadi hanya sepupu saya yang cowok yang bisa masuk ke dalam. Subhanalloh, walaupun hanya bisa berdiri di luar pagar makam, akhirnya saya bisa mengunjungi makam kakek saya, Bapak dari Ibu saya, Kakek yang belum pernah saya lihat sebelumnya, karena beliau meninggal saat saya masih berusia 7 bulan di kandungan.

Makam Baqi

Setelah sarapan pagi, kami serombongan dibawa berziarah seputar kota Madinah. Kami berkunjung ke Masjid Quba, Jabal Uhud, Masjid Qiblatain, dan ke Kebun Kurma. Masjid Quba merupakan masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah dan para sahabat. Rasul pernah bersabda “ Barangsiapa yang bersuci dari tempat tinggalnya kemudian datang ke Quba dan melaksanakan sholat di Masjid Quba, maka baginya adalah pahala Umroh”. Subhanalloh.

Masjid Quba

Jabal Uhud merupakan gunung terbesar di utara Madinah yang berdiri sendiri, tidak bersambungan dengan gunung lain sebagaimana umumnya gunung di Madinah yang sambung menyambung. Rasululloh pernah menyebut gunung ini sebagai salah satu gunung yang ada di Surga. Di gunung ini juga terjadi perang uhud.

Jabal Uhud

Masjid Qiblatain merupakan masjid dengan 2 kiblat. Sebelumnya, umat Islam berkiblat ke baitul maqdis, Masjidil Aqsa di Palestina. Suatu hari pada bulan ke 17 Rasul tinggal di Madinah, saat sholat Dhuhur, nabi dan para sahabat melalukan sholat secara berjamaah. Ketika sudah mendapatkan 2 rakaat, tiba-tiba turun perintah dari Alloh SWT agar pada saat itu juga Nabi menghadap Makkah (Ka’bah). Maka Rasul pun melakukan gerakan balik kanan (berputar 180 derajat), dan para makmum memilih jalan memutar agar tetap berada di belakang Nabi. Jadi dalam satu sholat itu, Nabi dan makmumnya menghadap ke 2 arah kiblat.

Masjid Qiblatain

Setelah Isya, saya, tante, dan sepupu yang perempuan ikut mengantri untuk bisa ke Raudhoh. Raudhoh merupakan area diantara mimbar dan makam Rosul, apabila kita berdoa di sini insyaalloh doa kita akan segera dikabulkan Alloh SWT. Kata Raudhoh sendiri berarti taman surga. Tidak mudah untuk bisa berdoa di tempat ini. Bagi kaum perempuan ada waktu-waktu tertentu untuk bisa mengunjungi Raudhah ini, yaitu setelah subuh, setelah Dhuhur, dan setelah Isya. Subhanalloh….tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaan saya saat itu, air mata sudah tidak terbendung lagi saat melihat makam Rasululloh, “Assalamualaika Ya Rasululloh….”

Di bawah kubah hijau itulah letak Makam Rasulullah SAW

8 - 9 Mei

Selepas Dhuha, kami bertiga ikut mengantri lagi di Raudhoh, rasanya ketagihan untuk pergi ke sana, walaupun harus mengantri lamaaaa, tapi kami mengantri dengan senang hati. Setelah sholat Dhuhur dan makan siang di hotel, kami sudah bersiap dengan pakaian ihrom untuk menuju ke Makkah. Kami serombongan mengambil Miqot dan niat Umroh di Masjid Bir Ali. “Labaikallohumma Umrotan”, merinding rasanya.

Masjid di Bir Ali

Perjalanan Madinah – Makkah kami tempuh kurang lebih sekitar 8 jam perjalanan darat dengan menggunakan bus. Jam 10.30 malam, bus yang membawa kami mulai memasuki kota Makkah. Subhanallooohhh… bergetar hati ini. Alhamdulillah, kami serombongan mendapatkan hotel yang amat sangat dekat dengan Masjidil Haram, yaitu di Hilton Makkah. Setelah cek in, kami pun menuju masjidil Haram untuk umroh. Pertama kali masuk masjid ini, kami mengikuti sunah Rasul untuk masuk melalui Babus Salam (Pintu Salam), kalau tidak salah, pintu no 24 dan 25. Di Masjidil Haram ada sekitar 95 pintu (kalau tidak salah juga yaa). Begitu memasuki kawasan dalam masjid, dan untuk pertama kalinya melihat Ka`bah, saya langsung merasa gemetar, merinding, deg2an, campur-campur tidak karuan, tapi anehnya saya tidak bisa menangis saat itu. Jam 00.30 pagi kami mulai Tawaaf, dilanjutkan sholat mutlak di belakang Maqom Ibrahim, minum Air Zam-zam, Sai, dan diakhiri dengan tahalul. Alhamdulillah. Selesai umroh jam menunjukkan pukul 3.30 waktu masjidil Haram. Berarti sebentar lagi sudah waktunya Subuh. Akhirnya kami memutuskan untuk sekalian menunggu waktu Subuh.

10 Mei

Setelah sarapan, kami serombongan bersiap-siap untuk berziarah di sekitar kota Makkah. Yaitu ke Jabal Tsur, Jabal Rahmah (Arafah), Muzdhalifah, Mina, Jabal Nur, dan Ji`ronah. Jabal Tsur memiliki nilai penting pada perkembangan Islam, karena disana terdapat Gua yang dijadikan tempat persembunyian Rasul dan Abu Bakar saat akan hijrah ke Madinah dari kejaran kaum kafir quraisy.

Jabal Tsur

Jabal Rahmah di kawasan Arafah merupakan tempat pertemuan antara Nabi Adam dengan Siti Hawa, sementara kawasan Arofah ini merupakan areal untuk ibadah wukuf saat musim haji.

Jabal Rahmah

Arofah

Mina merupakan tempat untuk melontar Jumroh saat musim haji. Tempat ini memiliki keistimewaan, saat hari-hari biasa tempat ini terlihat sempit tetapi selalu menjadi luas secara otomatis saat musim haji, sehingga dapat menampung berjuta-juta umat Islam. Rasululloh SAW pernah berucap “Sesungguhnya Mina itu seperti rahim, bilamana terjadi kehamilan akan diluaskan oleh Alloh SWT”. Subhanalloh.

Mina

Jabal Nur merupakan gunung di sebelah utara masjidil Haram. Di puncak gunung ini terdapat Gua Hira, di gua inilah Rasul menerima wahyu dari Alloh SWT untuk pertama kalinya.

Jabal Nur

Kunjungan terakhir adalah ke Ji`ronah. Merupakan salah satu tempat Miqot, sehingga kamipun melakukan Miqot di Masjid ini untuk melaksanakan umroh yang kedua.

Masjid Ji`rona

Kami melaksanakan Tawaaf selepas sholat Dhuhur. Subhanalloh, panas yang sangat terik itu ternyata tidak sepanas yang kami bayangkan sebelumnya. Panas di dalam masjid dan diluar masjid terasa beda saat itu. Benar-benar kuasa Alloh SWT.

11 Mei

Alhamdulillah, selepas subuh, kami bisa melakukan Tawaaf sunnah, nikmat sekali rasanya. Dan akhirnya saya bisa memegang kiswah (penutup ka`bah). Saya memang penasaran sekali dengan kain penutup Ka`bah tersebut. Ternyata kainnya sangat tebal dan kaku, bersulamkan benang emas. Seperti kertas saring untuk praktikum kimia, tetapi lebih tebal.

12 Mei

Merupakan hari terakhir di kota Makkah. Sedih sekali rasanya sudah harus melakukan Tawaf Wada`, yaitu tawaf perpisahan. Kami melakukan tawaf ini sekitar jam 10 an, karena kita harus sudah cek out dari hotel setelah sholat Dhuhur. Alhamdulillah, pada Tawaaf itu saya bisa berdoa di Multazam dan sholat mutlak di Hijir Ismail. Subhanalloh. Airmata saya sudah tidak bisa terbendung, dan bahkan rasanya sampai sesak napas. Akhirnya dengan beraaaaaaaaat hati kita meninggalkan kota Makkah menuju Jeddah. Ya Alloh, ijinkanlah saya untuk kembali lagi mengunjungi rumah Mu. Amin…

Visa oh Visa

Saya baru tau, untuk bisa masuk Saudi Arabia, seorang perempuan yang berumur kurang dari 45 tahun, harus didampingi oleh Mahram / Muhrim. Nama Mahram pun harus tertulis di Visa. Saya baru mengetahui hal itu saat akan pemeriksaan imigrasi di King Abdul Aziz. Saya tidak ‘ngeh’ sebelumnya karena tulisan di Visa itu berupa huruf arab gundul tanpa harokat. Ternyata di Visa saya tertulis nama YASSIER ARAFAT MUSTAFA sebagai Mahram saya. Awalnya saya mengira itu adalah nama petugas atau petinggi instansi atau apaaaa begitu, karena namanya sudah ke-arab-araban. Tetapi saat melihat Visa sepupu saya yang perempuan, saya baru ngeh, pikir saya seharusnya Mahram saya adalah sepupu saya yang laki-laki, bukan malah Yassier Arafat Mustafa itu. Nah Luh. Saat pemeriksaan, sempat jadi masalah dengan petugas imigrasi, untung tante saya bisa menjelaskan kalau Visa saya salah, dan Alhamdulillah si petugasnya bisa menerima. Fiuhhhhh…..

Saat makan siang di Madinah, ada seorang ibu dari Bontang Kaltim, yang berkenalan dengan kami. Kami pun bercerita – cerita, akhirnya tante saya bercerita mengenai Visa saya itu. Ajaib!! Ternyata Yassier adalah anak laki-laki ibu itu….

Saat kepulangan, pemeriksaan imigrasi pun kembali dilakukan, dan ternyata Visa saya kembali bermasalah. Petugas imigrasi tidak bisa menerima keterangan dari tante saya bahwa tulisan Mahram itu salah. Petugas itu ngotot minta ditunjukkan Paspor atas nama Yassier Arafat Mustafa. Akhirnya saya pun lari-lari mencari Yassier. Alhamdulillah dia masih di pemeriksaan barang. Alhamdulillahnya lagi, sebelumnya (saat mengantri pemeriksaan imigrasi) saya sempat memperlihatkan Visa saya ke Yassier, jadi saat saya meminjam paspornya, si Yassier langsung `ngeh` dengan apa yang terjadi. Alhamdulillah, akhirnya stempel dari petugas pun mendarat di buku paspor saya.. fiuuuuh…

Tambahan cerita yaaa,

Setelah mpok Mphie Yasin membaca tulisan saya, si mpok langsung menjelaskan ke saya mengenai masalah Visa tadi, ternyata ada ilmu baru yang saya dapatkan. Begini,

Jadi, untuk yang berangkat ke Arab tanpa Mahram, bisa 'menitipkan diri' pada orang lain, tapi harus memakai surat yang dilegalkan di Departemen Agama. Dan mungkin inilah yang terjadi dengan saya.

Ternyata untuk satu orang laki-laki hanya bisa meMahrami satu orang perempuan, kecuali Bapak kepada anak perempuannya (misalnya anaknya 10 perempuan semua, cukup dengan satu mahram, yaitu Bapaknya). Nah, karena sepupu saya yang laki-laki sudah meMahrami sepupu saya yang perempuan, maka saya pun dicarikan Mahram, yang tiada lain tiada bukan adalah si Yassier Arafat Mustafa ini, karena kita satu rombongan.

Menurut pengamatan mpok Mphie, pihak travel yang kemungkinan besar lupa menyampaikan hal itu ke saya dan Yassier. Jadi seharusnya saat masih di Indonesia, pihak travel menjelaskan bahwa saya telah`dititipkan` ke Yassier, sehingga saat pemeriksaan imigrasi baik waktu masuk maupun keluar Arab, saya harus `ngintilin` si Yassier ini...Benar-benar jadi pengalaman yang sangat berharga..

Semoga cerita saya ini bisa memberikan informasi bagi teman-teman yang ingin umroh tapi belum ada muhrim. Saat Visa sudah jadi, harus betul-betul harus di cek nama Mahram yang ada di Visa, siapa tau juga dititipkan ke orang lain seperti saya, agar tidak ada masalah di imigrasi.. :)

Semoga di umroh selanjutnya (atau bahkan Haji, amiiiiiin Ya Alloh), di Visa saya sudah tertulis nama Mahram yang sesungguhnya, bukan Mahram titipan.. Amin.. hihihihi... :)